Sunday, February 01, 2009

Sembunyi di bawah air yang jernih*

*niat itu tak terlihat karena tersimpan jauh di dalam hati. Apapun maksud yang terlihat maka sulit diidentifikasikan sebagai sebuah niat.
(judul apa ini? penulis pun tak sanggup menjelaskan)


Negara bagaikan tubuh, punya sistem dan yang otomatis juga punya fungsi.
Sistem perangkat negara misalnya.

Dari nenek moyang kita yang isunya pelaut sampai sekarang yang cicitnya lupa lautan, Asumsi sistem dipastikan punyai unsur yang saling berkaitan diantaranya.

Secara logika, gak susah nemuin efek domino didalam sistem.
Contohnya
mungkin itu mengapa KPK dengan mudah nyari mangsa
atau
mungkin itu mengapa SBY dengan cepet denger isu ABS di TNI nya.

Ada fungsi gak heran dong nemuin kata disfungsi.

Saat tren wapres yang kata sutta dharmasaputra kalo gak sejalan dengan presiden, bisa-bisa malah "mengudeta".

kalo emang peran dan kedudukan wapres sangat digdaya. Bukannya orang nomer 2 pun sama baiknya?

Kenyataannya sekarang, pada PD banget orang2 buat jadi korban untuk di kudeta. nah loooh!
-weiiidiiih, bahayanya wacana-

Para calon orang nomer satu punya cara sendiri , yakni sibuk mencari calon orang nomer 2 nya yang [kira2] sejalan dengannya.

Sedia payung sebelum hujan

  • Takut2 nemuin tikungan yang berkaitan dengan KPK nanti, Antasari azhar akhirnya dimasukin list cawapres oleh capres salah satu partai
  • Takut2 nemuin tikungan yang berkaitan dengan opini publik, Surya Paloh juga dimasukin list cawapres oleh capres salah satu partai yang sama
  • Takut2 nemuin tikungan yang berkaitan dengan pergerakan MAhasiswa, dibanyakin akses mahasiswa atau yang muda-kerabat dekat mahasiswa- masuk ke sistem pemerintahan jalur partai.
Benar-benar bakal terjadi pergeseran peran.

Kalo menurut theory dramaturgi (hiyakakakakak, jngan pada ketawa ente!)

Bahaya ini!
Sandiwara pun juga punya sistem dan fungsinya. Ada pemain antagonis-protagonis, ada naskah sampai yang buat naskah.

Kalo pemeran Kakek memakai naskah Anak kecil, gmana jadinya?
(jadi syeikh puji kaleeeeeeee)

Kalo pemain antagonis memakai naskah protagonis. gmana jadinya?
(Jadi liseeeeeee..hahahaha. piss, se!)

Saat Mahasiswa yang terpercaya dan berhasil menjadi penumbangan pemerintahan yang [katanya] zalim sampe berujung di liang lahat (tragedi '74 ama '98), sebab dari memainkan peran sebagai gatekeeper sampai pengkritis sejati pemerintah dan teman masyarakat, Sekarang malah [me]nyemplung[kan diri] di pemerintahan

Naskah perbincangan Mahasiswa pesismis dan Optimis

MP: bro, kalo semua temen kita jadi Caleg. Trus siapa lagi yang ngorbanin mayatnya demi terciptanya indonesia yang bahagia?

-"lo, aja!" kata penulis yang sedang menggeserkan perannya-

MO :Loh, masalah pengorbanan bisa diusahakan dengan berbagai cara. Semakin bnyak teman2 kita yang masuk ke pemerintahan, suara kita bakal lebih mudah masuknya.

-"suara apa? suara burung?" penulis sok cari perhatian-

MP: eh, gw gak rela temen2 kita cuman jadi boneka partai, yang cuman bisa jual semangat, kreatifitas dan gairah. (yang muda yang semangat, yang muda yang kreatif, yang muda yang bergairah)

MO: ah, kalaupun itu benar, hanya sementara. bersakit2 dahulu bersenang2 kemudian. anggap aja strategi perang!
toh sebenarnya dapetin semangat, kreatifitas dan gairah bisa dalam satu botol. ENERGI Jreng!


MP: Strategi perang! strategi perang bagi siapa! subject missing tuh!

MO: Nah itu dia serunya, bro!
kita gak perlu ngorbanin diri secara makna denotasi. Pake makna konotasi pun bakal buat Indonesia bahagia.

MP: Indonesia bahagia? representasi indonesia bagi Orang tua mereka yang bahagia? gitu!!

MO: Ya setidaknya warga indonesia yang punya peran orang tua gak lagi nangisin anaknya yang meninggal akibat demo kan?

MP:jadi mereka bahagia, saat anaknya duduk di kursi panas, lebih panas dari kursi bapaknya yang jadi supir mikrolet?

MO: ah, kata siapa kursi supir mikrolet lebih panas dari kursi pemerintahan?

MP:Bro! api akhirat lebih panas dari api dunia! inget itu , bro!

-"Api Asmara lebih dahsyat bahayanya!!" kata penulis yang lagi2 ingin ambil peran dalam perbincangan-

MO:Lah, siapa yang bisa jamin kita nyentuh Api dunia apa api akhirat? Kalo supir mikrolet yang gak nurunin biaya angkutnya, walo bensin udah turun. bukannya dia udah main2 ama Api akhirat?

MP: ah, itu lain soal, bro!, jadi maksud lo. Kalo kursi pemerintahan di bikin tameng sedemikian rupa, api akhirat pun gak akan berani sentuh?

MO: Wih, bener banget tuh!!

MP: Nah, untuk ukuran umur semuda itu, walo udah punya tameng, seberapa kuat sih dia bisa nangkis bisikan gaib??
PAling cuman bisa sekuat dirinya panas2an waktu kampanye. kan udah dilatih panas2an waktu demo-mahasiswa waktoe doeloe-!

MO: Itu bisa dijadiin pengalaman yang bahkan orang berumur pun gak bisa melakukannya. hahahaha

MP:Panas-panasan atau menangkis bisikan gaib nih?

MO: ah, pertanyaan retoris. gak perlu dijawab lah.

Sejarah berulang, jangan-jangan udah kembali ke era 66 (cie tau aja lo, van), dimana para pemuda mantan aktivis berduyun2 nikmatin kursi jadi anggota parlemen.


_Bersambung, penulis mu lanjut buat skripsinya_


_Hidup Hanya Urusan Menyambungkan aliran listrik diantara Sinaps Otak_

  © Blogger template 'Morning Drink' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP